Laman

Senin, 23 April 2012

7 TEKNIK PROPAGANDA (disadur dari buku The Fine Art of Prapaganda, Alfred McClung Lee & Alizabeth Briant Lee, 1939)
1. Name Calling, teknik memberikan label buruk pada sesuatu gagasan/orang/lembaga supaya sasaran tidak menyukai atau menolaknya.
2. Glittering Generality, teknik menghubungkan sesuatu dengan ‘kata yang baik’ dipakai untuk membuat sasaran menerima dan menyetujui sesuatu tanpa memeriksa bukti-bukti.
3. Transfer, teknik membawa otoritas, dukungan, gengsi dari sesuatu yang dihargai dan disanjung kepada sesuatu yang lain agar sesuatu yang lain itu lebih dapat diterima.
4. Testimoni (kesaksian), teknik memberi kesempatan pada orang-orang yang mengagumi atau membenci untuk mengatakan bahwa sebuah gagasan atau program atau produk atau seseorang itu baik atau buruk.
5. Plain Folks, teknik propaganda yang dipakai pembicara propaganda dalam upaya meyakinkan sasaran bahwa dia dan gagasan-gagasannya adalah bagus karena mereka adalah bagian dari ‘rakyat’.
6. Card Staking, meliputi pemilihan dan pemanfaatan fakta atau kebohongan, ilustrasi atau penyimpangan, dan pernyataan-pernyataan logis atau tidak logis untuk memberikan kasus terbaik atau terburuk pada suatu gagasan, program, orang, atau produk. Teknik ini memilih argument atau bukti yang mendukung sebuah posisi dan mengabaikan hal-hal yang mendukung posisi itu. Argument-argumen yang dipilih bisa benar atau salah.
7. Bandwagon, teknik ini digunakan dalam rangka meyakinkan kepada sasaran bahwa semua anggota suatu kelompok (di mana sasaran menjadi anggotanya) menerima programnya, dan oleh karena itu sasaran harus mengikuti kelompok dan segera menggabungkan diri pada kelompok.
Ada banyak teknik propaganda. Berikut adalah 7 instrumen propaganda dalam "ABCs of Propaganda Analyses"
1. Name Calling Teknik ini melibatkan penggunaan label atau memberikan sebuah nama untuk memproyeksikan atau menonjolkan sebuah ide terhadap sesuatu yang kita sukai atau tidak kita sukai. Teknik ini termasuk yang paling sering digunakan dan biasanya untuk memberikan cap negatif terhadap lawan. Contoh: Semasa Perang Dingin presiden Ronald Reagan menyebut Uni Soviet sebagai "Evil Empire". Pada masa perang teluk, presiden Bush melabeli Saddam Hussein sebagai "another Hitler", dan Saddam pun kemudian menggambarkan Amerika sebagai "the Great Satan" Presiden Bush pun melabeli Irak, Iran, dan Korea Utara sebagai "Axis of Evil". Dalam beberapa konflik lainnya AS menyebut musuh2nya seperti Commie, Gooks, subversive, Pinko, dan Red. Pada masa Perang Salib, pihak Muslim disebut sebagai bangsa yang hina, terkutuk, kotor, dan merupakan bangsa penyembah setan. Kini kita juga akrab dengan kata "teroris" yang dilabeli oleh sejumlah negara terhadap beberapa kelompok atau individu. Sebuah istilah yang belum memiliki definisi universal. Begitu juga di Indonesia, pada pemilu presiden tahun 2009, pasangan SBY-Boediono mendapat label "neo-liberalisme" dari lawan-lawan politiknya dan pada waktu itu istilah ini sering disebut-sebut di media dan menjadi perbincangan hangat bagi publik. Begitu juga propaganda pada masa Orde Baru dimana pengikut Komunis diberi label "atheis" dan pada akhirnya menimbulkan sikap anti-pati terhadap mereka, karena mayoritas orang Indonesia adalah orang-orang yang beragama.
2. Glittering Generality Teknik ini adalah kecendrungan untuk mengasosiasikan sebuah isu atau kesan dengan istilah yang mulia atau luhur. Para propagandis akan menggunakan kata-kata yang bermakna "positif". Kunci utama dalam melakukan teknik ini adalah penggunaan istilah yang definisinya tidak jelas. Contoh: Presiden George W Bush pernah mendeklarasikan istilah "New World Order". Ini merupakan teknik Glittering Generality, karena Bush sendiri tidak menjelaskan secara lebih terperinci apa itu new world order. AKhirnya menimbulkan spekulasi bahwa itu tak lebih sebuah propaganda dan nama lain dari superioritas politik untuk mendominasi dunia. Istilah lain yang pernah digunakan adalah freedom dan democracy. Terkadang kebebasan seseorang adalah perbudakan bagi orang lainnya. Amerika seringkali menggambarkan dirinya sebagai negara yang bebas dan demokratis. Tapi jika kita telaah lebih dalam lagi, terlebih pasca serangan WTC 9/11, kebebasan bukanlah hal yang biasa, terutama bagi warga imigran keturunan Arab dan Muslim Amerika. Misalnya dengan perberlakuan USA Patriot Act pada bulan Oktober 2001. Demokrasi pun dijadikan propaganda untuk menggambarkan AS, namun disislain mereka melalui CIA terlibat penggulingan pemerintahan demokratis (misal) di Chile, Guatemala, Iran, dll. Lalu kemudian mendukung rezim-rezim diktator militer seperti Jendral Augusto Pinochet di Chile, Fulgencio Batista di Kuba, Suharto di Indonesia, Efraín Ríos Montt; Carlos Castillo Armas; Fuentes di Guatemala, dan lain-lain. Robert Gates, Deputi Penasihat Keamanan Nasional AS, pada Perang Teluk I mengkonfirmasi bahwa ini adalah saat untuk mengakhiri perang dan mengumumkan gencatan senjata. Namun Jendral Schwarzkopf meminta untuk menunda keputusan tersebut beberapa jam kedepan dengan maksud untuk memikirkan label untuk perang tersebut, yaitu "hundred-hour war" Hal yang sama juga pernah dilakukan Israel ketika terlibat perang dengan Mesir, Suriah,, dan Jordania pada tahun 1967 dan memberikan label "Six Day War" Istilah lain yang sering kita dengar adalah collateral damage. Istilah ini berasal dari Perang Vietnam. Istilah ini ditujukan kepada korban sipil (non-combatant) yang terbunuh dalam perang atau properti yang hancur akibat serangan militer yang bukan bagian dari legitimate military target. Istilah ini merupakan generalisasi terhadap korban perang yang tak bersalah dan sebagai justifikasi atas kematian mereka. Istilah collateral damage ini beriringan dengan istilah smart bombs dalam sistem persenjataan militer. Karena belum tentu bom2 tersebut pintar dan akan mengenai target dengan tepat. Gw bisa saja bilang "We used our smart bombs on latest raid, the casualties are part of collateral damage" Hal yang sama juga terjadi di Afghanistan ketika Perang Dingin. Amerika memberikan bantuan dana dan pelatihan kepada Mujahiddin di Peshawar, Pakistan, seperti penggunaan Stinger untuk menjatuhkan pesawat tempur Soviet. Mereka digambarkan dengan sangat bagus dalam film Rambo dan Ronald Reagan pun memberikan label "Freedom Fighters" kepada pejuang Afghanistan.
3. Testimonial Ini adalah teknik yang sering digunakan. Propagandis akan menggunakan tokoh-tokoh atau public figure, selebritis, juga bahkan orang yang tidak populer, untuk mendukung sebuah ide, gerakan, kandidat politik, produk, dll kepada khalayak. Orang yang menjadi idola atau panutan khalayak tersebut akan didengarkan oleh khalayak, dan khalayak secara sadar atau tidak akan mengikuti segala perkataannya. Contoh: Pada kampanye pemilu presiden 2009 lalu, sebuah iklan kampanye Jusuf Kalla menampilkan seorang budayawan, Sujiwo Tejo. Pada testimonial tersebut, Sujiwo Tejo mengatakan bahwa ia tidak pernah mengikuti pemilu sebelumnya, namun kini ia memilih Jusuf Kalla. Sebuah iklan yang cukup tajam. Begitu juga kampanye politik ketika pemilihan ketua umum Golkar di Pekanbaru, terjadi saling adu propaganda antara Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. Terutama Surya Paloh yang mengumpulkan berbagai testimonial dari pejabat publik mengenai dirinya sendiri. Begitu juga iklan kampanye presiden SBY pada tahun 2004 yang mengambil testimonial dari rakyat kecil seperti petani, nelayan, pedagang, dll mengenai ajakan untuk memilih SBY.
4. Image Transfer Teknik ini memanfaatkan kekuasaan, kehormatan, dan reputasi positif pada sebuah entitas, konsep, tokoh, simbol, dan lain sebagainya. Propagandis akan mencoba mengasosiasikan citra positif tersebut kepada sebuah produk, individu, kelompok, program, dll agar apa yang dipropagandakannya mendapat citra positif yang sama sesuai dengan keinginan sang propagandis. Cohtoh: Penggunaan lambang swastika oleh Nazi. Penggunaan beruang, singa, elang, dll pada lambang-lambang negara dan institusi militer untuk mengasosiasikan sebuah negara atau institusi terhadap image dari binatang-binatang tersebut, yaitu besar, gagah, dan kuat. Di Indonesia kita bisa melihat bagaimana Megawati menggunakan gambar ayahnya, Soekarno, dalam beberapa poster, spanduk, dan baliho miliknya. Disini dia mencoba mengasosiasikan dirinya dengan Soekarno yang memang sangat dihormati oleh bangsa Indonesia dengan tujuan agar dipilih. Begitu juga personifikasi Amerika dengan membuat tokoh seperti Uncle Sam. Inggris juga membuat tokoh kartun yang sama yaitu, John Bull. Quote: Poster John Bull sebagai bagian dari propaganda untuk merekrut tentara di Inggris
5. Plain Folks Teknik ini adalah cara bagaimana seorang propagandis mencoba meyakinkan khalayak dengan menempatkan dirinya ditengah-tengah khalayak dan berbaur dengan mereka, menggunakan apa yang khalayak pakai, dan berlaku seperti apa yang khalayak lakukan. Contoh: Seorang presiden turun ke sawah, menggunakan pakaian petani, dan membajak sawah dengan sapi. Michael Dukakis, mantab Gubernur Massachusetts, mengikuti pemilihan presiden Amerika pada tahun 1988. Pada bulan September 1988 ia berfoto disebuah tank M1 Abrams. Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh Margaret Thatcher pada tahun 1986 dalam sebuah foto bersama Challenger 1 Main Battle Tank Inggris. Pada perang Malvinas atau Falkland, pangeran Andrew menjadi pilot helikopter dan berfoto disebuah heli Westland WS-61 Sea King diatas kapal HMS Invincible (R05) Begitu juga foto-foto Pangeran Harry dan Pangeran Charles di Perang Afghanistan. Contohnya seperti foto Harry ketika memegang sebuah machine gun disebuah kamp tentara Inggris dan menaiki kendaraan lapis baja.
6. Card Staking Teknik ini digunakan dengan memilih fakta-fakta tertentu dan distorsi, penjelasan dan kesimpangsiuran, dan juga melalui pernyataan yang logis dan bahkan tidak logis. Ini adalah salah satu cara propagandis untuk menutup-nutupi kartu kebenaran dengan kartu lainnya, card stacking. Sebuah propaganda bisa saja memang benar apa adanya, namun hal itu disampaikan secara selektif, fakta terlebih dahulu disaring dan sesuai atau sejalan dengan agenda propagandis, ada beberapa fakta yang tidak dimasukkan karena ditakutkan akan menjatuhkan atau mengacaukan agenda sang propagandis. Contoh: Sebelum invasi Amerika ke Irak pada bulan Maret 2003, pemerintah Amerika menyatakan bahwa Saddam Hussein terkait dengan Al-Qaeda dan memiliki senjata pemusnah massal. Tariq Aziz, Mentri Luar Negeri Irak era Saddam ketika diinterogasi oleh FBI pada Juni 2004, mengatakan bahwa "Saddam did not trust Islamist", namun Saddam melihat organisasi seperti Al-Qaeda ini sebagai organisasi yang efektif untuk melawan Amerika. Fakta ini tidak diungkapkan, karena ditakutkan akan mengacaukan tuduhan Amerika terhadap Saddam mengenai keterkaitannya dengan AL-Qaeda. Belakangan tuduhan ini tak terbukti.
7. Bandwagon Teknik ini berusaha menyakinkan khalayak dan mengajak khalayak untuk melakukan hal yang telah dilakukan oleh orang-orang kebanyakan. "Everybody is doing it, You should do it too", "We are all doing it". Jadi khalayak akan berfikir untuk mendukung dan melakukan hal yang sama. Contoh: Pidato Bush pada tanggal 20 September 2001 mengenai tanggapannya atas serangan atas WTC dan Pentagon serta deklarasi perang terhadap pemerintahan Taliban di Afghanistan. Pada kesempatan itu Bush menyatakan "Either you're with us, or you are with the terrorist." Pada masa Perang Vietnam, para kritikus perang mendapat kritik balik berupa pernyataan "America, love it or leave it" Slogan lainnya yang memanfaatkan rasa nasionalisme untuk propaganda adalah "My country, right or wrong" Dari segi pemasaran produk kita juga sering mendengar istilah "Delapan dari sepuluh wanita Indonesia menggunakan Sof*ex. Kamu?"
TEKNIK TEKNIK PROPAGANDA
1. Name Calling Propagandis menyentuh sibol simbol emosional kepada seseorang atau sebuah negara. Targetnya diharapkan merespons sesuai yang dikehendaki propagandis tanpa perlu lagi memeriksa atau mencari bukti bukti. Dengan demikian artinya propagandis semacam menanamkan stereotipe terhadap sasarannya Contoh : Muncul istilah ”Merah” untuk komunis Pemimpin buruh menjadi ”bos serikat buruh”
2.Glittering Generalities Merupakan kebalikan dari teknik Name Calling, Propagandis menggunakan kata kata bermakna ”Positif”. Teknik propaganda ini digunakan untuk menonjolkan propagandis dengan mengidentifikasi dirinya dengan segala apa yang serba luhur dan agung. Dengan kata lain propagandis berusaha menyanjung dirinya mewakili sesuatu yang luhur dan agung. Ungkapan kata-kata “demi keadilan dan kebenaran” menjadi salah satu ciri teknik propaganda ini. Contoh : 1. Istilah “Dunia Bebas” (free World) adalah generalitas favorit Propagandis barat. 2. “Solidaritas Sosial” dipakai dunia komunis untuk menggambarkan hubungan kompleks diantara negara dan partai Komunis. 3. ”Jiwa Afrika” (The African Soul) diharapkan menciptakan citra kesatuan dan persatuan diantara bangsa Afrika.
3. Bandwagon Teknik ini digunakan dalam rangka meyakinkan kepada sasaran bahwa semua anggota suatu kelompok (di mana sasaran menjadi anggotanya) menerima programnya, dan oleh karena itu sasaran harus mengikuti kelompok dan segera menggabungkan diri pada kelompok. Dengan kata lain Bandwagon adalah usaha komunikasi persuasif untuk membujuk sasaran mengambil tindakan yang “everyone else is taking, why dont you?” Contoh: 1. Fruit Tea, Minumannya anak muda 2. U.S. Needs US Strong
4. Transfer Transfer meliputi kekuasaan, sanksi dan pengaruh sesuatu yang lebih dihormati serta dipuja dari hal lain agar membuat “sesuatu” lebih bisa diterima. Teknik propaganda transfer bisa digunakan dengan memakai pengaruh seseorang atau tokoh yang paling dikagumi dan berwibawa dalam lingkungan tertentu. Propagandis dalam’hal ini mempunyai maksud agar komunikan terpengaruh secara psikologis terhadap apa yang sedang dipropagandakan. Transfer juga bisa digunakan dengan menggunakan cara simbolik, kata-kata atau Musik.
5. Plain Folks Propagandis sadar bahwa pendekatan persuasif mereka akan terhambat Jika mereka tampak di mata audiensnya sebagai "orang asing". Oleh sebab itu mereka berusaha mengidentifikasikan sedekat mungkin dengan nilai dan gaya hidup sasaran propaganda dengan menggunakan aksen dan idiom lokal. Dalam upaya meyakinkan sasaran bahwa dia dan gagasan gagasannya bagus karena merupakan bagian dari rakyat. Contoh : Pada kampanye Pilgub, Pilkada atau Pilpres. Sang calon biasanya menyalami anak kecil, berinteraksi dengan kaum papa atau memeluk dan mencium kaum papa
6. Testimonial (Kesaksian) Salah satu teknik propaganda yang paling umum digunakan, dimana ditampilkan seseorang (biasanya memiliki reputasi tertentu) untuk bersaksi dengan tujuan mendukung atau tidak mendukung suatu Konsep, Ide, Gagasan atau Produk. Terkadang Propagandis juga menggunakan lembaga yang dapat dipercaya untuk mendukung atau mengkritik sebuah gagasan atau kesatuan politik, variasi dari propaganda ini adalah mengkaitkan sesuatunya dengan “kekuasaan” agar sasaran mempercayainya karena “otoritas” yang mengatakan hal itu.
7.Selection Hampir semua propagandis bahkan ketika menggunakan teknik lain seperti diulas sebelumnya tergantung pada seleksi fakta, meskipun jarang sangat spesifik dalam isi faktanya. Ketika presentasi rinci diberikan, propagandis menggunakan hanya fakta-fakta yang tersedia untuk "membuktikan" sasaran yang telah ditentukannya.
8. Card Staking Meliputi pemilihan dan pemanfaatan fakta atau kebohongan, ilustrasi atau penyimpangan, dan pernyataan-pernyataan logis atau tidak logis untuk memberikan kasus terbaik atau terburuk pada suatu gagasan, program, orang, atau produk. Teknik ini memilih argument atau bukti yang mendukung sebuah posisi dan mengabaikan hal-hal yang mendukung posisi itu. Argument-argumen yang dipilih bisa benar atau salah
9. Fear Appeal Sebagai upaya untuk menimbulkan rasa takut. Tujuannya untuk membangun dukungan dengan menanamkan ketakutan di dalam populasi yang umum. Contoh : Joseph Goebbels memanfaatkan Theodore Kaufman'S dari Jerman untuk mengakui bahwa Sekutu akan membasmi orang-orang Jerman.
10. Argumentum Ad Nauseam Menggunakan pengulangan (repetisi). Penyebaran suatu gagasan yang diulang-ulang sepanjang waktu, dan gagasan tersebut dinyatakan sebagai suatu kebenaran. media penyebaran terbaik ketika media lainnya sangat sedikit / terbatas dan dikontrol oleh propagator. 11. Black and White Fallacy Memperkenalkan hanya dua pilihan, dengan produk atau ide yang di sebarkan sebagai pilihan yang terbaik. Contoh : Silahkan pilih, mesin yang tidak sehat atau menggunakan oli merek X.
12. Obtain Disapproval (Memperoleh Penolakan) Teknik ini digunakan untuk membujuk suatu target pendengar untuk menyalahkan suatu gagasan atau tindakan dengan mengusulkan bahwa gagasan tersebut sangat terkenal untuk dibenci, menakutkan, atau menyimpan penghinaan terhadap target pendengar tersebut.Dengan begitu jika suatu kelompok mendukung suatu kebijakan tertentu didorong ke arah percaya bahwa yang tidak diinginkan, bersifat subversif, atau orang-orang tercela mendukung kebijakan yang sama, kemudian anggota kelompok boleh memutuskan untuk berubah posisi asli mereka. 13. Rasionalization Kelompok atau Individu menggunakan keadaan umum baik untuk merasionalkan kepercayaan atau tindakan yang diragukan. ungkapan menyenangkan yang samar-samar sering digunakan untuk membenarkan kepercayaan atau tindakan tersebut.
14. Intentional Vagueness (Ketidakjelasan yang disengaja) Keadaan umum yang dengan bebas di samar-samar sedemikian rupa sehingga pendengar dapat menafsirkan sendiri. Intentional bermaksud untuk menggerakkan pendengar dengan menggunakan ungkapan tak tergambarkan, tanpa meneliti mencoba atau membenarkan mereka untuk menentukan aplikasi atau bebijaksanaan mereka. Tujuannya adalah untuk menyebabkan orang-orang untuk menggambarkan penafsiran mereka sendiri daripada hanya diberikan suatu gagasan tegas/eksplisit.Dalam usaha untuk " menggambarkan" propaganda ini, pendengar membatalkan pertimbangan yang menyangkut gagasan yang dipresentasikan. Kebenaran mereka, aplikasi dan ketidakbijaksanaan tidaklah dipertimbangkan.
15. Falsifing Information (kesalahan informasi) Pemusnahan atau penciptaan informasi dari arsip publik, dengan tujuan pembuatan suatu record/ catatan yang salah/palsu dari suatu peristiwa atau tindakan seseorang selama sesi pengadilan, atau mungkin dalam suatu pertempuran.
16. Unstated Assumption (Asumsi yang tidak dinyatakan) Teknik ini digunakan dalam konsep propaganda ketika propagandis ingin menyebarkan akan nampak kurang nampak terpercaya jika secara terang-terangan dinyatakan. Hal tersebut akan berulangkali dijelaskan dihelaskan dan diperlihatkan.
17. Euphoria Penggunaan dari suatu peristiwa yang menghasilkan euforia atau kebahagiaan berlebihan sebagai pengganti penyebaran kesedihan berlebihan, atau penggunaan suatu peristiwa yang baik untuk mencoba menutupi yang lain. Atau menciptakan suatu peristiwa perayaan dengan harapan dapat mendorong moril. Euforia dapat digunakan untuk mengambil pikiran seseorang dari suatu perasaan lebih buruk. contohnya suatu liburan atau pawai.
Teknik Propaganda 19 02 2007 Dari sejarahnya sendiri, propaganda awalnya adalah mengembangkan dan memekarkan agama Katholik Roma baik di Italia maupun negara-negara lain. Sejalan dengan tingkat perkembangan manusia, propaganda tidak hanya digunakan dalam bidang keagamaan saja tetapi juga dalam bidang pembangunan, politik, komersial, pendidikan dan lain-lain. Oleh karena itu, dewasa ini kita mengenal (teknik) propaganda juga digunakan dalam bidang seperti humas, kampanye politik dan periklanan. Ini pernah diakui oleh Brown dan Both dalam Werner J Severin dan James W Tankard (1979), “Propaganda would include much of advertising, much of political campaigning and much of public relations”. Dalam menghadapi masyarakat yang tingkat pendidikannya belum begitu tinggi, teknik berkomunikasi dengan tatap muka akan lebih efektif dibanding dengan komunikasi lewat media massa. Sama saja ketika orangtua sedang melakukan komunikasi dengan anaknya. Jika komunikasi itu akan menghasilkan sesuai yang diharapkan orangtua, ia harus melihat keadaan objeknya. Tentu ini akan mendasari pula pemilihan teknik berkomunikasi jika yang dihadapi anak remaja dan kanak-kanak. Fakta inilah yang mendasari pula bahwa propaganda membu¬tuhkan sebuah teknik yang tepat. Jika diamati secara lebih dalam, ada beberapa teknik yang bisa digunakan dalam melancarkan pro¬paganda. Efektif tidaknya dan pilihan mana yang digunakan sangat bergantung pada kondisi komunikan, kemampuan komunikator (propagandis) dan lingkungan sosial politik dan budaya masyarakatnya.
Berikut beberapa teknik propaganda tersebut.
1. Maine Calling Name Calling adalah propaganda dengan memberikan sebuah ide atau label yang buruk. Tu juannya adalah agar orang menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa mengoreksinya/memeriksanya terlebih dahulu. Salah satu ciri yang melekat pada teknik ini adalah propagandis menggunakan sebutan-sebutan yang buruk pada lawan yang dituju. Ini dimaksudkan untuk menjatuhkan atau menurunkan derajat seseorang atau sekelompok tertentu. Sebutan, “jahanam”, “biang kerok”, “provokator”, ” Partai Komunis Indonesia (PKI)” “Gerakan Pengacau Keamanan (GPK)” menjadi ciri khas yang melekat pada teknik ini. Teknik ini sering digunakan dalam propaganda tisan.
2. Glittering Generalities Glittering Generalities adalah mengasosiasikan sesuatu dengan suatu “kata bijak” yang digunakan untuk membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Teknik propaganda ini digunakan untuk menonjolkan propagandis dengan mengidentifikasi dirinya dengan segala apa yang serba luhur dan agung. Dengan kata lain propagandis berusaha menyanjung dirinya mewakili sesuatu yang luhur dan agung. Ungkapan kata-kata “demi keadilan dan kebenaran” menjadi salah satu ciri teknik propaganda ini. Sekedar contoh adalah, “Demi keadilan dan kebenaran, maka demokrasi harus ditegakkan dalam semua bentuknya” yang pernah sangat marak ketika era reformasi tiba dan banyak diteriakkan oleh mahasiswa. Teknik ini dimunculkan untuk mempengaruhi persepsi masyarakat agar mereka ikut serta mendukung gagasan propagandis. Hanya kelemahannya, kadang sang propagandis sangat menonjol¬kan dirinya dengan sebutan agung dan luhur serta menganggap dirinyalah yang paling benar sedangkan orang lain salah. San-jungan ini mempunyai kelemahan jika propagandis termasuk orang yang tak mau kompromi dan mempunyai tujuan terselubung pada setiap tindakannya. Akibatnya, bisa jadi menimbulkan klaim kebenaran sepihak.
3. Transfer Transfer meliputi kekuasaan, sanksi dan pengaruh sesuatu yang lebih dihormati serta dipuja dari hal lain agar membuat “sesuatu” lebih bisa diterima. Teknik propaganda transfer bisa digunakan dengan memakai pengaruh seseorang atau tokoh yang paling dikagumi dan berwibawa dalam lingkungan tertentu. Propagandis dalam’hal ini mempunyai maksud agar komunikan terpengaruh secara psikologis terhadap apa yang sedang dipropagandakan. Transfer juga bisa digunakan dengan menggunakan cara simbolik, Seorang calon presiden yang kurang terkenal dari Chicago bernama Lar Daley biasa berkampanye menggunakan pakaian khas “Paman Sam”. Presiden Richard Nixon sendiri biasa menggunakan sebuah bendera Amerika pada bagian depan leher baju pada saat kampanye pula.
4. Testimonials Testimonials berisi perkataan manusia yang dihormati atau dibenci bahwa ide atau program/produk adalah baik atau buruk. Propa¬ganda ini sering digunakan dalam kegiatan komersial, meskipun juga bisa digunakan untuk kegiatan politik. Dalam teknik ini digunakan nama seseorang terkemuka yang mempunyai otoritas dan prestise sosial tinggi di dalam menyodorkan dan meyakinkan sesuatu hal dengan jalan menyatakan bahwa hal tersebut didukung oleh orang-orang terkemuka tadi.
5. Plain Folk Adalah propaganda dengan menggunakan cara memberi identifikasi terhadap suatu ide. Teknik ini mengidentikkan yang dipropagandakan milik atau mengabdi pada komunikan. Misalnya dengan kata-kata milik rakyat atau dari rakyat. Richard Nixon menggunakannya secara halus dan cerdik selama menjadi presiden, terutama dalam melawan tuduhan Watergate. Selama melakukan perjalanan ke Houston, dia minum kopi di sebuah counter makanan ringan di dalam toko obat dan ngobrol dengan pelayan. Potret dari pemandangan itu dipublikasikan ke semua penjuru dunia. Cara yang dilakukan Nixon ini (basa basi politik) seolah menunjukkan bahwa ia adalah milik rakyat, bagian dari mereka dan akan berada di depan dalam memperjuangkan kepentingan mereka pula.
6. Card Stacking Card Stacking meliputi seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau kebingungan dan masuk akal atau tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik untuk suatu gagasan, program, manusia dan barang. Teknik propaganda yang hanya menonjolkan hal-hal atau segi baiknya saja, sehingga publik hanya melihat satu sisi saja.
7. Bandwagon Technique Teknik ini dilakukan dengan menggembar-gemborkan sukses yang dicapai oleh seseorang, suatu lembaga atau suatu organisasi. Dalam bidang ekonomi, teknik propaganda ini digunakan untuk menarik minat pembeli akan suatu produk tertentu yang laku keras di pasaran. Sebuah perusahaan minuman ringan dengan semboyan “Inilah Generasi Pepsi”, memberi kesan bahwa seluruh generasi meminum produk itu.
8. Reputable Mounthpiece Teknik yang dilakukan dengan mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan. Teknik ini biasanya digunakan oleh seorang yang menyanjung pemimpin, akan tetapi tidak tulus. Bung Karno pernah diangkat sebagai waliyul amri dan panglima besar revolusi. Teknik ini dilakukan karena ada ambisi seseorang atau sekelompok orang yang ingin aman di lingkaran kekuasaan. Atau bisa jadi teknik ini untuk memerosokkan pemimpim dengan mengemukakan yang baik-baik saja sehingga, sang pemimpin jadi lupa diri. Ini dimungkinkan sebab dengan cara lain tidak bisa dilakukan. Maka jalan memuji yang pada prinsipnya ingin menjatuhkan pun dilakukan.
9. Using All Forms of Persuations Teknik yang digunakan untuk membujuk orang lain dengan rayuan, himbauan dan “iming-iming”. Teknik propaganda ini sering digunakan dalam kampanye Pemilu. Di Indonesia untuk mendapatkan simpati masyarakat, ada sebuah partai politik yang menjanjikan pada masyarakat untuk mengenyam pendidikan gratis jika partainya menang. Ada pula, partai politik yang menjanjikan akan mengaspal suatu jalan jika warga di daerah tersebut memenangkan partai tertentu.